Retaknya suatu relasi (suami-istri, tunangan, sahabat, teman atau pun rekan bisnis) bukan pertama2 karena adanya konflik atau pertengkaran, tapi pada ego yang tinggi pada salah satu patner atau bisa pada kedua2nya.
Ego yg tinggi, membuat kita merasa lebih dari yang lain, menguasainya, karena ia merasa tahu segalanya tentang patnernya. Ia melihat dan mengukur kebenaran menurut ukuran dirinya sendiri. Ia kemudian bersikap acuh tak acuh, bahkan terkesan angkuh dan sombong sebab ia merasa diri yang paling benar, dan memegang kendali terhadap situasi. Hal ini yang kemudian menyebabkan ia menutup hatinya sehingga menerima atau mengatakan maaf adalah tindakan yg ia rasa membuatnya kelihatan lemah dan kalah. Kata maaf yang tulus dari orang lain dilihatnya sebagai kebohongan dan kepura-puraan. Ia memasang tembok untuk dirinya sendiri terhadap orang lain.
Saya atau anda mungkin pernah atau bahkan hingga saat ini memiliki ego yang demikian. Jika tujuan utama kita dalam berelasi ada membangun relasi tersebut maka sdh tentu kita harus merendahkan ego kita yang tinggi. Jika ingin tetap mempertahankan ego tersebut, maka kita tak akan pernah berhasil menjalin relasi dgn siapa saja. Relasi tersebut akan selalu gagal, gagal, dan gagal lagi. Pilihanmu menentukan kebahagianmu.