Monday, February 26, 2018

KETIKA AGAMA KEHILANGAN TUHAN

Puisi K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)

Dulu agama menghancurkan berhala.
Kini agama jadi berhala. Tak kenal Tuhannya, yang penting agamanya.

Dulu orang berhenti membunuh karena agama.
Sekarang orang saling membunuh karena agama.

Dulu orang saling mengasihi karena beragama.
Kini orang saling membenci karena beragama.
Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu,Tuhan nya pun tak pernah berubah dari dulu.
Lalu yang berubah apanya?
Manusia nya?

Dulu orang belajar agama sebagai modal, untuk mempelajari ilmu lainnya.
Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya belajar agama saja.

Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya,yg paling cerdas di antara orang2 lainnya,
Sekarang orang yg paling dungu yg tidak bisa bersaing dengan orang2 lainnya, dikirim untuk belajar jadi pemimpin agama.

Dulu para siswa diajarkan untuk harus belajar giat dan berdoa untuk bisa menempuh ujian.
Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang, krn diajarkan pemimpin agamanya untuk berdoa supaya lulus.

Dulu agama mempererat hubungan manusia dengan Tuhan.
Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan2 agama.

Dulu agama ditempuh untuk mencari wajah Tuhan.
Sekarang agama ditempuh untuk cari muka di hadapan Tuhan.

Esensi beragama telah dilupakan.
Agama kini hanya komoditi yg menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, karena semua yg berbau agama telah didewa-dewakan,tak kan pernah dianggap salah,tak pernah ditolak,dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan.

Agama jadi hobi, tren, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.
Agama kini diper-Tuhan-kan, sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan.
Agama dulu memuja Tuhan.
Agama kini menghujat Tuhan.

Nama Tuhan dijual, diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan, oleh orang2 yg merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan.
Tuhan mana yang mengajarkan tuk membunuh?
Tuhan mana yg mengajarkan tuk membenci?

Tapi manusia membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak, sambil dengan bangga meneriakkan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah manusia lainnya.

Agama dijadikan senjata tuk menghabisi manusia lainnya.
Dan tanpa disadari manusia sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang mengubur Tuhan dalam2 dibalik gundukan ayat2 dan
aturan agama.

Thursday, February 8, 2018

Kebebasan VS Dorongan Biologis



Bagi banyak orang, kebahagiaan hidup dapat tercapai manakala mereka memiliki kebebasan. Mereka beralasan, kebebasan memberikan mereka ruang untuk berkreasi, menjadi diri sendiri, dan ruang untuk menempa keberanian.

Well, penulis setuju dengan pendapat seperti itu. Kebebasan memang dapat memberikan ruang bagi kreativitas. Selain itu, kebebasan juga memberikan kesempatan bagi kita untuk menjadi diri sendiri dan menempa keberanian.

Namun demikian, banyak sekali yang menyalahartikan kebebasan. Banyak orang yang menyalahartikan kebebasan sebagai bebas sebebas-bebasnya, tanpa aturan dan disiplin dalam hidup.
Akibat penyalahartian ini, banyak orang yang menjalani hidup secara bebas: bangun tidur semaunya; bebas melakukan apa pun yang ia inginkan; bebas memaki orang sekasar-kasaranya; mengonsumsi makanan semaunya.

Tentu saja, bebas dalam artian seperti itu tidak membawa kebaikan dan kebahagiaan hidup. Sebaliknya, kebebasan yang seperti itu justru membawa kesengsaraan dan ketidakpuasan dalam hidup.

Mengapa?
Bayangkan saja, Anda memiliki prinsip hidup bebas sebebas-bebasnya. Menurut Anda, hanya dengan begitu, hidup Anda menjadi bahagia dan puas. Karena prinsip itu, Anda pun enggan menerapkan disiplin dalam hidup Anda sendiri. Anda mengharamkan aturan dan disiplin dalam hidup Anda. Walhasil, Anda tidur dan bangun sesuka Anda; Anda makan seturut nafsu Anda; Anda mandi hanya ketika Anda ingin mandi; Anda membaca buku seseuai mood Anda.

Jika sudah begitu, maka tidak menutup kemungkinan hidup Anda jadi kacau!

Bagaimana tidak? Ketika Anda mengonsumsi makanan semau-mau Anda, Anda tidak mempertimbangkan segi manfaat dan mudaratnya bagi tubuh Anda. Apa pun Anda lahap apabila Anda memang menginginkannya. Ketika Anda ingin makan makanan yang tidak sehat, Anda langsung menyantapnya tanpa memikirkan dampak negatifnya bagi Anda; Ketika terbersit keinginan untuk merokok, Anda pun lantas menyulut sebanyak yang Anda mau; Ketika ingin minuman keras, Anda lantas meneguk sebanyak yang Anda inginkan.

Hasilnya, Anda terjangkit penyakit yang tidak Anda harapkan.

Demikian juga ketika Anda melakukan apa pun semau Anda. Ketika Anda ingin begadang, Anda pun menuruti keinginan itu; Ketika belum ingin bangun, Anda pun tidak segera beranjak dari tempat tidur; Ketika tidak ingin mandi, Anda pun menurutinya.

Walhasil, Anda tidak bisa mencurahkan 100% waktu Anda untuk mencapai goal-goal Anda. Bagaimana Anda mencurahkan waktu untuk meraih goal Anda jika Anda malah sibuk tidur? Bagaimana Anda mencurahkan waktu Anda untuk mencapai cita-cita Anda jika Anda malah sibuk bermain game?

Demikian logikanya.
Nah, sampai di sini, kita tahu bahwa kebebasan memang dapat membuat kita bahagia. Tetapi, kebebasan itu bukan berarti bebas sebebas-bebasnya, tanpa aturan dan disiplin hidup.
Jika demikian, lantas apa arti kebebasan yang sesungguhnya? Kebebasan yang bagaimana yang dapat membuat hidup Anda bahagia?

Jawabannya, kebebasan di mana Anda bebas menentukan hidup Anda sendiri, tetapi kebebasan itu disertai KESADARAN mengenai KONSEKUENSI dari pilihan hidup Anda. Singkatnya, kebebasan yang BERTANGGUNG JAWAB!

Tetapi, apa maksud kebebasan yang bertanggung jawab?

Maksudnya, tidak ada yang memaksa dan mengatur Anda untuk melakukan sesuatu: Tidak ada yang memaksa Anda untuk bangun jam 5 pagi setiap hari; Tidak ada yang memaksa Anda mengonsumsi makanan sehat; Tidak ada yang memaksa Anda membaca buku setiap hari; Tidak ada yang memaksa Anda untuk tidak begadang. Namun, Anda sendiri tergugah untuk melakukannya karena Anda SADAR KONSEKUENSInya bagi hidup Anda. Anda bebas menentukan jalan hidup Anda, tetapi Anda menyikapi kebebasan itu SECARA DEWASA.

Dengan kebebasan yang seperti itu, terbuka lebar ruang untuk berkreativitas, mengembangkan diri, dan menjadi diri sendiri. Selain itu, dengan kebebasan yang seperti itu, Anda dapat mengonsentrasikan waktu dan perhatian Anda untuk meraih goal-goal Anda. Kebebasan yang seperti itu tidak menghalangi Anda untuk hidup disiplin demi meraih goal Anda.

Mungkin, Anda akan berkata begini, “Ah, kalau gitu, sama aja boong. Hidup bebas kok disiplin, banyak aturan! Hidup bebas, ya, bebas ngapa-ngapain. Ga ada aturan dan larangan. Lagipula, aturan itu kan bikin kita jadi robot!”

Hmm, untuk menjawab sanggahan seperti itu, penulis memiliki penjelasan yang mengejutkan tentang kebebasan.


Penasaran?
Yuk, langsung simak uraiannya berikut ini.

Kebebasan dan Dorongan Biologis

Dalam hidup, kita dihadapkan pada berbagai pilihan, baik yang mendukung goal kita atau pun yang menghambat kita meraih goal.

Sebagai contoh, dalam hidup, Anda berkeinginan untuk menjadi pribadi yang terus berkembang.
Dan, Anda sadar, untuk berkembang, Anda perlu terus belajar, menjadi pembelajar seumur hidup. Itu artinya, Anda harus meluangkan waktu untuk belajar.

Berhubung Anda sudah dewasa, tidak ada yang memberlakukan aturan hidup bagi Anda. Tidak ada yang mewajibkan Anda hidup disiplin sedemikian sehingga ada waktu untuk belajar. Sebagai orang dewasa, Anda bebas menentukan jalan hidup Anda sendiri.

Di hadapan Anda, terdapat berbagai pilihan, di mana, sebagai orang dewasa, Anda bebas menentukan yang mana yang akan Anda pilih. Pilihan yang tersedia mulai dari TV, buku, tidur, game, dan bersenang-senang. Anda bebas menentukan pilihan Anda. Tetapi, untuk meraih goal Anda (menjadi pembelajar), Anda perlu memilih pilihan yang tepat yang mendukung goal tersebut. Anda HARUS memilih buku dan mengesampingkan TV, game, dan kesenangan.

“Lhah, saya, kan, bebas. Saya bebas memilih pilihan sesuka hati saya, dong. Dan, saya lebih suka main game daripada baca buku. Jadi, saya pilih main game,” mungkin demikian sanggah Anda.
Yup! Tidak diragukan Anda bebas untuk memilih bermain game atau membaca buku. Tetapi, berhubung goal Anda adalah menjadi pembelajar seumur hidup, maka Anda perlu memilih membaca buku. Anda bahkan wajib.

Bagaimana jika Anda memilih bermain game yang memang merupakan HOBI Anda?


Tentu saja Anda BEBAS memilih bermain game. Tetapi, kebebasan itu merupakan kebebasan yang SEMU! Apabila goal Anda adalah menjadi pembelajar seumur hidup, sementara Anda lebih GEMAR game dan karenanya Anda memilih game, sebenarnya, Anda justru tidak bebas!

Kok bisa?
Anda terjebak pada dorongan biologis Anda! (kesenangan, seperti bermain game, merupakan dorongan biologis). Anda terkekang olehnya. Pihak yang menentukan jalan hidup Anda bukanlah diri Anda sendiri, melainkan dorongan biologis Anda. Anda mengijinkan dorongan itu menjadi tuan bagi kehidupan Anda! Kebebasan Anda dirampas oleh dorongan tersebut.

Sampai di sini, apa yang dapat Anda tangkap?
Kebebasan bukan berarti bebas melakukan kesenangan. Salah satu dorongan alamiah manusia yaitu lebih menyukai aktivitas rekreasional/kesenangan daripada aktivitas kerja. Manusia yang bebas adalah manusia yang dapat membebaskan diri dari dorongan alamiahnya. Sebagai contoh, ia dapat memebebaskan diri dari dorongan untuk bermain game/melakukan kesenangan dan memilih untuk melakukan aktivitas kerja seperti membaca buku. Manakala ia masih terjebak pada dorongan alamiah, maka dapat dikatakan, kebebasannya ditentukan oleh dorongan tersebut, bukan oleh KEHENDAKnya sendiri. Atau, dalam kata lain, ia tidak bebas.

Mungkin, Anda akan berkata begini, “Ah, masa, sih? Saya merasa bebas kok memilih bersenang-senang daripada melakukan kerja keras.”

Yup! Memilih melakukan dorongan alamiah daripada melakukan aktivitas kerja yang dapat menuntun Anda meraih goal sekilas terasa menyenangkan. Anda merasakan sensasi kebebasan ketika memilih bermain game daripada membaca buku (jika goal Anda adalah menjadi pembelajar).

Tetapi, mau tidak mau, Anda harus menerima konsekuensinya. Memilih bermain game daripada membaca buku membawa konsekuensi negatif bagi Anda: wawasan Anda kurang, Anda ketinggalan informasi, ilmu Anda tidak bertambah.

Nah, awalnya, Anda boleh merasakan sensasi kebebasan. Tetapi, ketika tiba pada konsekuensinya, niscaya Anda menyesal! Niscaya, Anda merasa tidak puas dengan hidup Anda.

Contoh lainnya bagaimana?
Contoh lainnya, Anda memiliki goal mengecilkan badan. Ceritanya, ukuran baju Anda sekarang double XL. Dan, Anda ingin mengecilkan badan Anda hingga baju berukuran M muat di badan Anda.

Untuk meraih goal itu (mengecilkan badan), Anda perlu mengontrol pola makan Anda. Anda perlu menyetop kebiasaan ngemil Anda. Nah, suatu hari, Anda diundang di pesta pernikahan teman Anda. Di pesta itu, banyak sekali makanan yang lezat, yang menggugah selera Anda. Setelah berusaha menahan diri, akhirnya Anda tidak tahan. Anda mengambil satu di antara makanan lezat itu dan menyantapnya. Dan, Anda pun merasakan sensasi kebebasan! Anda merasa diri Anda terbebas dari aturan diet yang menyiksa.

Tetapi, sebenarnya, Anda justru tidak bebas! Dengan menyantap makanan itu, sejatinya Anda terbelenggu oleh dorongan biologis Anda. Pada awalnya, Anda boleh merasakan sensasi kebebasan. Tetapi, ketika tiba pada konsekuensinya, niscaya Anda menyesal!

“Tapi, kan, jika saya memilih menahan diri, artinya saya tidak bebas?!” demikian sanggah Anda.
Hmm, untuk menjawabnya, mari kita simak penjelasan berikut.

Arti Kebebasan yang Sebenarnya

Pada bab sebelumnya, dipaparkan sebuah ilustrasi yang menggambarkan Anda sedang dalam proses diet. Dalam ilustrasi itu, ceritanya, Anda sedang menghadiri pesta pernikahan teman Anda. Di pesta itu, terdapat banyak sekali makanan yang menggugah selera. Dan, Anda bebas menyantapnya.
Melihat makanan-makanan itu, Anda pun tergoda. Awalnya Anda bimbang antara menyantapnya atau menahan godaan itu. Tetapi, setelah menimbang-nimbang, Anda pun akhirnya memutuskan untuk mengambil satu dan melahapnya.

Nah, bagaimana jika Anda bersikeras menahan godaan itu? Bagaimana jika Anda tetap berpegang teguh pada aturan diet yang melarang Anda untuk menyantap makanan itu? Apakah itu artinya Anda tidak bebas?
Jawabannya, sebaliknya! Anda justru bebas!

Kok bisa?
Dengan tetap berpegang teguh pada aturan diet, Anda memilih melakukan KEHENDAK Anda daripada melakukan dorongan biologis Anda. Anda BEBAS dari dorongan biologis Anda. Kehendak Anda tidak tunduk pada dorongan itu.

Nah, sampai di sini, apa yang dapat Anda pahami?
Kebebasan bukan berarti bebas melakukan dorongan biologis, melainkan bebas melakukan KEHENDAK Anda. Kehendak ini berbeda dari dorongan biologis. Apabila Anda sedang diet, maka kehendak Anda adalah menahan godaan diet. Sementara itu, dorongan biologis Anda adalah menyantap makanan kesukaan Anda. Anda dapat dikatakan bebas apabila Anda mampu melakukan kehendak Anda (berdiet) dan menjauhi dorongan biologis. Sebaliknya, Anda dikatakan tebelenggu manakala Anda memilih melakukan dorongan biologis Anda (menyantap makanan kesukaan Anda).
Mungkin, Anda bertanya begini: “Bukankah mengikuti aturan diet berarti tidak bebas? Kan, Saya malah terbelenggu sama aturan itu?”

Yup! Ketika mengikuti aturan diet, ada sensasi terbelenggu dalam diri Anda. Kebebasan untuk menyantap makanan sesuka Anda lenyap. Tetapi, ketika tiba pada konsekuensinya, niscaya Anda akan berpikir sebaliknya.

Awalnya, Anda boleh merasa terkekang ketika Anda melakukan aturan diet. Tetapi, ketika Anda berhasil mengecilkan badan Anda, maka Anda pun merasa senang dan puas. Anda puas usaha Anda berhasil. Dan, selain kepuasan, Anda diliputi rasa merdeka dan bebas. Anda niscaya merasa merdeka dan menang dari dorongan biologis yang dulu menggoda Anda.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, apa yang dapat Anda simpulkan?

Kebebasan bukanlah berarti bebas memilih melakukan apa pun yang Anda inginkan. Kebebasan terkait dengan TUJUAN/GOAL Anda.

Anda dikatakan bebas manakala Anda mampu menahan dorongan biologis Anda apabila dorongan biologis itu tidak sesuai atau bertentangan dengan goal Anda. Dan, sebaliknya, Anda memilih untuk melakukan aktivitas yang mampu mengantarkan Anda pada goal tersebut, sekali pun aktivitas itu berat dilakukan.

Kebebasan berarti Anda mampu mengesampingkan dorongan biologis Anda (apabila dorongan biologis itu bertentangan dengan goal Anda) dan memilih melakukan aktivitas yang mendukung goal Anda. Kebebasan berarti Anda mampu mengontrol diri Anda untuk tidak terjebak pada kesenangan sesaat. 

Hanya dengan melakukan kebebasan seperti di atas lah, hidup Anda akan terasa membahagiakan dan memuaskan.

Sumber: aquariuslearning.co.id