Bagi banyak orang, kebahagiaan hidup dapat tercapai manakala mereka
memiliki kebebasan. Mereka beralasan, kebebasan memberikan mereka ruang
untuk berkreasi, menjadi diri sendiri, dan ruang untuk menempa
keberanian.
Well, penulis setuju dengan pendapat seperti itu. Kebebasan memang dapat memberikan ruang bagi kreativitas. Selain itu, kebebasan juga memberikan kesempatan bagi kita untuk menjadi diri sendiri dan menempa keberanian.
Namun demikian, banyak sekali yang menyalahartikan kebebasan. Banyak
orang yang menyalahartikan kebebasan sebagai bebas sebebas-bebasnya,
tanpa aturan dan disiplin dalam hidup.
Akibat penyalahartian ini, banyak orang yang menjalani hidup secara
bebas: bangun tidur semaunya; bebas melakukan apa pun yang ia inginkan;
bebas memaki orang sekasar-kasaranya; mengonsumsi makanan semaunya.
Tentu saja, bebas dalam artian seperti itu tidak membawa kebaikan dan
kebahagiaan hidup. Sebaliknya, kebebasan yang seperti itu justru
membawa kesengsaraan dan ketidakpuasan dalam hidup.
Mengapa?
Bayangkan saja, Anda memiliki prinsip hidup bebas sebebas-bebasnya. Menurut Anda, hanya dengan begitu, hidup Anda menjadi bahagia dan puas.
Karena prinsip itu, Anda pun enggan menerapkan disiplin dalam hidup
Anda sendiri. Anda mengharamkan aturan dan disiplin dalam hidup Anda.
Walhasil, Anda tidur dan bangun sesuka Anda; Anda makan seturut nafsu
Anda; Anda mandi hanya ketika Anda ingin mandi; Anda membaca buku seseuai
mood Anda.
Jika sudah begitu, maka tidak menutup kemungkinan hidup Anda jadi kacau!
Bagaimana tidak? Ketika Anda mengonsumsi makanan semau-mau Anda, Anda
tidak mempertimbangkan segi manfaat dan mudaratnya bagi tubuh Anda. Apa
pun Anda lahap apabila Anda memang menginginkannya. Ketika Anda ingin
makan makanan yang tidak sehat, Anda langsung menyantapnya tanpa
memikirkan dampak negatifnya bagi Anda; Ketika terbersit keinginan untuk
merokok, Anda pun lantas menyulut sebanyak yang Anda mau; Ketika ingin minuman keras, Anda lantas meneguk sebanyak yang Anda inginkan.
Hasilnya, Anda terjangkit penyakit yang tidak Anda harapkan.
Demikian juga ketika Anda melakukan apa pun semau Anda. Ketika Anda
ingin begadang, Anda pun menuruti keinginan itu; Ketika belum ingin
bangun, Anda pun tidak segera beranjak dari tempat tidur; Ketika tidak
ingin mandi, Anda pun menurutinya.
Walhasil, Anda tidak bisa mencurahkan 100% waktu Anda untuk mencapai
goal-goal Anda. Bagaimana Anda mencurahkan waktu untuk meraih
goal Anda
jika Anda malah sibuk tidur? Bagaimana Anda mencurahkan waktu Anda
untuk mencapai cita-cita Anda jika Anda malah sibuk bermain
game?
Demikian logikanya.
Nah, sampai di sini, kita tahu bahwa kebebasan memang dapat membuat
kita bahagia. Tetapi, kebebasan itu bukan berarti bebas
sebebas-bebasnya, tanpa aturan dan disiplin hidup.
Jika demikian, lantas apa arti kebebasan yang sesungguhnya? Kebebasan yang bagaimana yang dapat membuat hidup Anda bahagia?
Jawabannya, kebebasan di mana Anda bebas menentukan hidup Anda
sendiri, tetapi kebebasan itu disertai KESADARAN mengenai KONSEKUENSI
dari pilihan hidup Anda. Singkatnya, kebebasan yang BERTANGGUNG JAWAB!
Tetapi, apa maksud kebebasan yang bertanggung jawab?
Maksudnya, tidak ada yang memaksa dan mengatur Anda untuk melakukan
sesuatu: Tidak ada yang memaksa Anda untuk bangun jam 5 pagi setiap
hari; Tidak ada yang memaksa Anda mengonsumsi makanan sehat; Tidak ada
yang memaksa Anda membaca buku setiap hari; Tidak ada yang memaksa Anda
untuk tidak begadang. Namun, Anda sendiri tergugah untuk melakukannya
karena Anda SADAR KONSEKUENSInya bagi hidup Anda. Anda bebas menentukan
jalan hidup Anda, tetapi Anda menyikapi kebebasan itu SECARA DEWASA.
Dengan kebebasan yang seperti itu, terbuka lebar ruang untuk berkreativitas, mengembangkan diri,
dan menjadi diri sendiri. Selain itu, dengan kebebasan yang seperti
itu, Anda dapat mengonsentrasikan waktu dan perhatian Anda untuk meraih
goal-goal Anda. Kebebasan yang seperti itu tidak menghalangi Anda untuk hidup disiplin demi meraih
goal Anda.
Mungkin, Anda akan berkata begini, “
Ah, kalau gitu, sama aja
boong. Hidup bebas kok disiplin, banyak aturan! Hidup bebas, ya, bebas
ngapa-ngapain. Ga ada aturan dan larangan. Lagipula, aturan itu kan
bikin kita jadi robot!”
Hmm, untuk menjawab sanggahan seperti itu, penulis memiliki penjelasan yang mengejutkan tentang kebebasan.
Penasaran?
Yuk, langsung simak uraiannya berikut ini.
Kebebasan dan Dorongan Biologis
Dalam hidup, kita dihadapkan pada berbagai pilihan, baik yang mendukung
goal kita atau pun yang menghambat kita meraih
goal.
Sebagai contoh, dalam hidup, Anda berkeinginan untuk menjadi pribadi yang terus berkembang.
Dan, Anda sadar, untuk berkembang, Anda perlu terus belajar, menjadi pembelajar seumur hidup. Itu artinya, Anda harus meluangkan waktu untuk belajar.
Berhubung Anda sudah dewasa, tidak ada yang memberlakukan aturan
hidup bagi Anda. Tidak ada yang mewajibkan Anda hidup disiplin
sedemikian sehingga ada waktu untuk belajar. Sebagai orang dewasa, Anda
bebas menentukan jalan hidup Anda sendiri.
Di hadapan Anda, terdapat berbagai pilihan, di mana, sebagai orang
dewasa, Anda bebas menentukan yang mana yang akan Anda pilih. Pilihan
yang tersedia mulai dari TV, buku, tidur,
game, dan bersenang-senang. Anda bebas menentukan pilihan Anda. Tetapi, untuk meraih
goal Anda (menjadi pembelajar), Anda perlu memilih pilihan yang tepat yang mendukung
goal tersebut. Anda HARUS memilih buku dan mengesampingkan TV,
game, dan kesenangan.
“Lhah, saya, kan, bebas. Saya bebas memilih pilihan sesuka hati
saya, dong. Dan, saya lebih suka main game daripada baca buku. Jadi,
saya pilih main game,” mungkin demikian sanggah Anda.
Yup! Tidak diragukan Anda bebas untuk memilih bermain
game atau membaca buku. Tetapi, berhubung
goal Anda adalah menjadi pembelajar seumur hidup, maka Anda perlu memilih membaca buku. Anda bahkan wajib.
Bagaimana jika Anda memilih bermain
game yang memang merupakan HOBI Anda?
Tentu saja Anda BEBAS memilih bermain
game. Tetapi, kebebasan itu merupakan kebebasan yang SEMU! Apabila
goal Anda adalah menjadi pembelajar seumur hidup, sementara Anda lebih GEMAR
game dan karenanya Anda memilih
game, sebenarnya, Anda justru tidak bebas!
Kok bisa?
Anda terjebak pada dorongan biologis Anda! (kesenangan, seperti bermain
game,
merupakan dorongan biologis). Anda terkekang olehnya. Pihak yang
menentukan jalan hidup Anda bukanlah diri Anda sendiri, melainkan
dorongan biologis Anda. Anda mengijinkan dorongan itu menjadi tuan bagi
kehidupan Anda! Kebebasan Anda dirampas oleh dorongan tersebut.
Sampai di sini, apa yang dapat Anda tangkap?
Kebebasan bukan berarti bebas melakukan kesenangan. Salah satu
dorongan alamiah manusia yaitu lebih menyukai aktivitas
rekreasional/kesenangan daripada aktivitas kerja. Manusia yang bebas
adalah manusia yang dapat membebaskan diri dari dorongan alamiahnya.
Sebagai contoh, ia dapat memebebaskan diri dari dorongan untuk bermain
game/melakukan
kesenangan dan memilih untuk melakukan aktivitas kerja seperti membaca
buku. Manakala ia masih terjebak pada dorongan alamiah, maka dapat
dikatakan, kebebasannya ditentukan oleh dorongan tersebut, bukan oleh
KEHENDAKnya sendiri. Atau, dalam kata lain, ia tidak bebas.
Mungkin, Anda akan berkata begini, “
Ah, masa, sih? Saya merasa bebas kok memilih bersenang-senang daripada melakukan kerja keras.”
Yup! Memilih melakukan dorongan alamiah daripada melakukan aktivitas kerja yang dapat menuntun Anda meraih
goal sekilas terasa menyenangkan. Anda merasakan sensasi kebebasan ketika memilih bermain
game daripada membaca buku (jika
goal Anda adalah menjadi pembelajar).
Tetapi, mau tidak mau, Anda harus menerima konsekuensinya. Memilih bermain
game daripada
membaca buku membawa konsekuensi negatif bagi Anda: wawasan Anda
kurang, Anda ketinggalan informasi, ilmu Anda tidak bertambah.
Nah, awalnya, Anda boleh merasakan sensasi kebebasan. Tetapi, ketika
tiba pada konsekuensinya, niscaya Anda menyesal! Niscaya, Anda merasa
tidak puas dengan hidup Anda.
Contoh lainnya bagaimana?
Contoh lainnya, Anda memiliki
goal mengecilkan badan. Ceritanya, ukuran baju Anda sekarang
double XL. Dan, Anda ingin mengecilkan badan Anda hingga baju berukuran M muat di badan Anda.
Untuk meraih
goal itu (mengecilkan badan), Anda perlu mengontrol pola makan Anda. Anda perlu menyetop kebiasaan ngemil Anda. Nah, suatu hari, Anda diundang di pesta pernikahan teman Anda. Di
pesta itu, banyak sekali makanan yang lezat, yang menggugah selera Anda. Setelah berusaha menahan diri, akhirnya Anda tidak tahan. Anda
mengambil satu di antara makanan lezat itu dan menyantapnya. Dan, Anda
pun merasakan sensasi kebebasan! Anda merasa diri Anda terbebas dari
aturan diet yang menyiksa.
Tetapi, sebenarnya, Anda justru tidak bebas! Dengan menyantap makanan
itu, sejatinya Anda terbelenggu oleh dorongan biologis Anda. Pada
awalnya, Anda boleh merasakan sensasi kebebasan. Tetapi, ketika tiba
pada konsekuensinya, niscaya Anda menyesal!
“Tapi, kan, jika saya memilih menahan diri, artinya saya tidak bebas?!” demikian sanggah Anda.
Hmm, untuk menjawabnya, mari kita simak penjelasan berikut.
Arti Kebebasan yang Sebenarnya
Pada bab sebelumnya, dipaparkan sebuah ilustrasi yang menggambarkan
Anda sedang dalam proses diet. Dalam ilustrasi itu, ceritanya, Anda
sedang menghadiri pesta pernikahan teman Anda. Di pesta itu, terdapat
banyak sekali makanan yang menggugah selera. Dan, Anda bebas
menyantapnya.
Melihat makanan-makanan itu, Anda pun tergoda. Awalnya Anda bimbang
antara menyantapnya atau menahan godaan itu. Tetapi, setelah
menimbang-nimbang, Anda pun akhirnya memutuskan untuk mengambil satu dan
melahapnya.
Nah, bagaimana jika Anda bersikeras menahan godaan itu? Bagaimana
jika Anda tetap berpegang teguh pada aturan diet yang melarang Anda
untuk menyantap makanan itu? Apakah itu artinya Anda tidak bebas?
Jawabannya, sebaliknya! Anda justru bebas!
Kok bisa?
Dengan tetap berpegang teguh pada aturan diet, Anda memilih melakukan
KEHENDAK Anda daripada melakukan dorongan biologis Anda. Anda BEBAS
dari dorongan biologis Anda. Kehendak Anda tidak tunduk pada dorongan
itu.
Nah, sampai di sini, apa yang dapat Anda pahami?
Kebebasan bukan berarti bebas melakukan dorongan biologis, melainkan
bebas melakukan KEHENDAK Anda. Kehendak ini berbeda dari dorongan
biologis. Apabila Anda sedang diet, maka kehendak Anda adalah menahan
godaan diet. Sementara itu, dorongan biologis Anda adalah menyantap
makanan kesukaan Anda. Anda dapat dikatakan bebas apabila Anda mampu
melakukan kehendak Anda (berdiet) dan menjauhi dorongan biologis.
Sebaliknya, Anda dikatakan tebelenggu manakala Anda memilih melakukan
dorongan biologis Anda (menyantap makanan kesukaan Anda).
Mungkin, Anda bertanya begini: “
Bukankah mengikuti aturan diet berarti tidak bebas? Kan, Saya malah terbelenggu sama aturan itu?”
Yup! Ketika mengikuti aturan diet, ada sensasi terbelenggu dalam diri
Anda. Kebebasan untuk menyantap makanan sesuka Anda lenyap. Tetapi,
ketika tiba pada konsekuensinya, niscaya Anda akan berpikir sebaliknya.
Awalnya, Anda boleh merasa terkekang ketika Anda melakukan aturan
diet. Tetapi, ketika Anda berhasil mengecilkan badan Anda, maka Anda pun
merasa senang dan puas. Anda puas usaha Anda berhasil. Dan, selain
kepuasan, Anda diliputi rasa merdeka dan bebas. Anda niscaya merasa
merdeka dan menang dari dorongan biologis yang dulu menggoda Anda.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, apa yang dapat Anda simpulkan?
Kebebasan bukanlah berarti bebas memilih melakukan apa pun yang Anda inginkan. Kebebasan terkait dengan TUJUAN/
GOAL Anda.
Anda dikatakan bebas manakala Anda mampu menahan dorongan biologis
Anda apabila dorongan biologis itu tidak sesuai atau bertentangan dengan
goal Anda. Dan, sebaliknya, Anda memilih untuk melakukan aktivitas yang mampu mengantarkan Anda pada
goal tersebut, sekali pun aktivitas itu berat dilakukan.
Kebebasan berarti Anda mampu mengesampingkan dorongan biologis
Anda (apabila dorongan biologis itu bertentangan dengan goal Anda) dan
memilih melakukan aktivitas yang mendukung goal Anda. Kebebasan berarti
Anda mampu mengontrol diri Anda untuk tidak terjebak pada kesenangan
sesaat.
Hanya dengan melakukan kebebasan seperti di atas lah, hidup Anda akan terasa membahagiakan dan memuaskan.
Sumber: aquariuslearning.co.id